Followers

Bambang Yudhoyono (SBY) ambil BI untuk Cawapres

calon pendamping Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mulai menemui titik terang. Figur yang disebut-sebut memikat hati SBY itu adalah Boediono, yang kini menjabat Gubernur Bank Indonesia (BI).

Jawaban teka-teki ini muncul dari Ketua Partai Demokrat (PD) Ahmad Mubarok. Ia mengatakan SBY cenderung memilih calon yang bukan dari partai politik.

Awalnya memang tidak muncul satu nama. Sederet nama seperti Menko Ekuin Sri Mulyani dan Menteri Pertambangan dan Energi Kuntoro Mangkusubroto. Namun isyaratnya ke Boediono. “Pak SBY sudah kenal betul dengan track record, kemampuan dan kesederhanaan beliau” kata Mubarok.

Maklum Boediono dan SBY pernah sama-sama duduk menjadi menteri kabinet Gotong Royong era Presiden Megawati. Kala itu SBY menjabat Menko Polkam, sedang Boediono menjabat Menteri Keuangan. Lalu ketika SBY menjadi Presiden mengalahkan Megawati, nama Boediono tetap dipertahankan. Kali ini pria yang juga asal Blitar dimintanya menjadi Menko Ekuin. Ia meninggalkan kursi itu setelah mendapat izin dari SBY untuk memimpin BI.

Hayono Isman, Anggota Tim 9 (tim penjaringan cawapres) Partai Demokrat, tidak menampik kabar itu. “Nanti akan diumumkan dalam deklarasi setelah 9 Mei (pengumuman resmi hasil pemilu KPU). Kira-kita antara tanggal 11 atau 12 Mei di Bandung,” jelas Hayono.

Wacana cawapres SBY dari profesional itu mengundang reaksi partai politik koalisi PD. Presiden PKS Tifatul Sembiring berpendapat posisi Cawapres untuk parpol untuk memperkuat koalisi di parlemen. “Kalau profesional bisa diberi posisi menteri saja, tidak apa-apa,” cetus Tifatul yang diamini politisi PKB Effendy Choirie.

Mengantisipasi friksi dikalangan partai sekoalisi, buru-buru tim 9 Demokrat menawarkan deal-deal bagi-bagi jatah kursi kabinet. Menurut Hayono, kabinet nanti direncanakan terdiri 33 kursi. “17 akan diarahkan untuk partai koalisi, termasuk PD. Lalu yang 16 dari profesional,” jelas Hayono.

Stabilkan Rupiah
Boediono bergelar Doktor Ekonomi Bisnis lulusan Wharton School University of Pennsylvania, AS 1979. Semasa menjabat Menteri Keuangan dalam tim ekonomi Kabinet Gotong-Royong. Prestasinya, menstabilkan rupiah pada kisaran Rp 9000-an/dolar AS.

Ia juga menyelesaikan Letter of Intent dengan IMF plus mempersiapkan pertemuan Paris Club September 2001. Setelah itu, dia bersama tim ekonomi Kabinet Gotong-Royong, secara terencana mengakhiri kerjasama dengan IMF (Dana Moneter Internasional).

Ketika SBY terpilih sebagai presiden, Boediono sempat menyatakan keinginannya untuk beristirahat alias tidak mau jadi menteri. Keinginan itu disampaikan saat bertemu SBY tanggal 1 Desember 2004, menjelang pengangkatan para menteri. “Pak Boediono mengaku ingin beristirahat sambil berbuat baik bagi negara tanpa harus bergabung di kabinet. Tetapi saya minta, Pak Boediono kalau negara memerlukan, kalau rakyat menghendaki dan Anda harus masuk pemerintahan

Tidak ada komentar:

link web sumber uptodate